Selasa, 01 Desember 2015

Review Buku : RINDU karya Tere Liye, Lima Kisah Dalam Sebuah Perjalanan Panjang Kerinduan

hidayah-art.com

Judul Buku : RINDU
Penulis       : TERE LIYE
Penerbit     : Republika
ISBN         : 978-602-8997-90-4
Halaman    : ii + 544 halm
Tahun        : Oktober 2014


Setiap perjalanan selalu disertai oleh pertanyaan-pertanyaan

Novel ketujuh karya bang Tere Liye yang saya baca ini bikin saya larut dalam rindu yang membuncah pada satu tempat. Dan saya yakin, bukan hanya saya yang sangat menikmati karya beliau. Seperti biasa, karya beliau selalu inspiratif. Mengandung banyak nilai-nilai positif yang membuat pembacanya tak mampu move on dari begitu menutup lembar terakhir. 

Mari kita bedah buku RINDU ini hingga 'pecah'.
_______________

SINOPSIS :

"Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
dan sebalikny, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta 
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya
suci dan tidak menuntut apapun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.

Catatan :
Dari sajak yang disenandungkan oleh Gurutta, saat berdiri di dek kapal Blitar Holland sambil menatap hamparan laut yang gelap.
______________

REVIEW :

Buku ini mengisahkan tentang sebuah perjalanan yang panjang di atas kapal BLITAR HOLLAND. Juga menceritakan tentang lima pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang kapal, yang akan mengantarkan mereka menuju tanah suci. Pertanyaan yang kadang tidak memiliki jawaban.

Pertanyaan pertama, dari perempuan berusia 40 tahun. Guru mengaji di kapal yang sangat dicintai murid-muridnya. Bonda Upe mempertanyakan satu pertanyaan besar yang menyesaki hati dan pikirannya selama ini.
"Apakah Allah akan menerima saya di tanah suci? Apakah Allah akan memaafkan perempuan pendosa sepertiku, yang tiap malam selalu mimpi buruk karena dosa masa lalu?"

Pertanyaan kedua dari Daeng Andipati, saudagar kaya lulusan negeri Belanda.
"Bagaimana mungkin aku pergi haji membawa kebencian sebesar ini? Apakah tanah suci akan terbuka bagi seorang anak yang membenci ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan dan melupakan kenangan itu?"

Pertanyaan ketiga berasal dari Mbah Kakung Slamet, jemaah haji yang naik kapal dari pelabuhan di Semarang.
"Mengapa perpisahan itu terjadi sekarang? Kenapa tidak bisa ditunda, tunggu lah nanti setelah tiba di tanah suci. Hingga sempat bergandengan tangan melihat Masjidil Haram."

Pertanyaan besar keempat sempat menjadi perdebatan dalam hati seorang pemuda yang berani, memiliki hati yang tulus dan setia, yaitu Ambo Uleng.
"Untuk apa jatuh cinta, jika hanya seluruh kesedihan yang menghampiri hatiku? Buat apa cinta sejati ada, bila aku tak mampu meraihnya, bahkan harus melepaskannya?"

Dan pertanyaan kelima datang dari seorang ulama besar, Gurutta.
"Kenapa rasanya ia menjadi orang yang munafik? Pintar sekali memberikan jawaban pada orang yang bertanya tentang kehidupan. Namun ia sendiri tak mampu melakukan hal bijak seperti yang dituturkannya pada orang lain."


Saya membaca buku ini bulan Nopember, usai menunaikan ibadah haji. Sebuah kejutan manis saat menemukan kisah perjalanan haji ditulis oleh bang Tere Liye dengan sudut pandang berbeda. Menuturkannya dalam cerita yang dibalut banyak pertanyaan dari orang-orang yang hendak berangkat haji.

Pertanyaan demi pertanyaan yang dibawa orang-orang yang berangkat haji. Yang tanpa mereka sadari, membebani diri.

Hal. 163,
Pertanyaan milik kelasi kapal Ambo Uleng.


hidayah-art.com


Hal 168,
Bahkan pertanyaan yang dilontarkan anak kecil, pertanyaan yang sepele seperti pemahaman mereka.



Hal 316,
Bagi Gurutta, tak setiap pertanyaan mesti ada jawabannya. Seperti juga pertanyaan yang menggantung di benaknya.

hidayah-art.com

Gurutta, panggilan ulama masyhur yang memiliki nama Ahmad Karaeng. Keturunan Raja Gowa pertama yang mmmemeluk Islam, Sultan Alauddin. Imam Masjid Katangka yang telah belajar agama hingga ke Aceh, Yaman, dan Damaskus. Bahkan beliau pernah pula menetap di Eropa selama dua tahun.

Seorang ahli agama mampu memberikan jawaban pada orang yang datang kepadanya. Mampu melapangkan hati seorang perempuan yang gundah karena penuh dosa dan nista. 

Jangan Lari Dari Masa Lalu

"Apakah Allah akan menerima haji seorang pelacur? Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya. Selalu takut atas azabnya. Belajarlah dari riwayat itu. Selalulah berbuat baik, Upe. Selalu. Maka semoga besok lusa, ada satu perbuatan baikmu yang menjadi sebab kau diampuni. Mengajar anak-anak mengaji misalnya, boleh jadi itu adalah sebabnya."

Kekeliruan mendasar yang dilakukan orang-orang saat menghadapi kenyataan hidupnya adalah, masa lalunya yang pedih. Namun tak mungkin lari dari kenyataan. Tak mungkin bisa menghindar. 

Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdamai dengan menerima masa lalu, dan tak perlu dilawan atau dilupakan. Karena itu sudah menjadi bagian hidup kita. 

Mengenai penilaian orang, aib yang bakal diketahui orang lain yang menyebabkan cemas hinggak tak bisa tidur. Tak ada yang perlu dilakukan untuk menjelaskan pada setiap orang. Kita tak punya tanggung jawab pada mereka. Kita tak perlu membuktikan apapun, kepada siapa pun bahwa kita baik. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain.

Baca juga : Menggunakan Fasilitas BPJS Tingkat II Tanpa BAPER

Hilangkan Kebencian dan Dendam

Kebencian pada seseorang yang mendalam, hakekatnya adalah kita tengah membenci diri sendiri. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki. Yang pertama adalah, kebencian pada orang lain yang semestinya bisa dihapuskan dari hati. Untuk apa membenci seseorang? Bukankah lebih baik bila bisa mengubahnya dengan tidak membencinya? Berdamailah dengan situasi yang mesti kita hadapi, hati kita akan bersih dari sikap membenci seseorang.

Yang kedua, terkait dengan sikap berdamai. Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu aniaya atau jahat. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang, karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.

Yang ketiga adalah tutup lembaran lama yang penuh tercoret kebencian. Buka lembaran baru yang benar-benar kosong. Agar tak ada lagi kebencian saat berdiri menatap Masjidil Haram.


Takdir Tak Pernah Berbasa-basi

Takdir mutlak milik Allah. Ketika kita tidak tahu, tidak mengerti alasannya, amat terlarang bagi muslim mendustakan takdir Allah. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, bisa jadi baik untuk kita. Begitu pula sebaliknya, yang kita anggap baik, boleh jadi amat buruk bagi kita. Kita hanya butuh menerimanya, mengendalikan hati dan pikiran.

Caranya adalah dengan meminta tolong pada sabar dan shalat. Sabar adalah penolong yang paling dahsyat. Sementara shalat penolong yang terbaik tiada tara. Dan waktu yang akan mengobati luka hati kita yang kehilangan seseorang. 

Jawaban pertanyaan ketiga untuk Mbah Kakung Slamet yang kehilangan belahan jiwanya, Mbah Putri Slamet. Beliau mesti merelakan istrinya yang meninggal dimakamkan di dasar samudera. Dan pupus sudah niat awal ingin bergandengan tangan sambil menatap Masjidil Haram.

  'Dari waktu ke waktu, meski jaman telah berganti, perjalanan ibadah haji           selalu membutuhkan pengorbanan. Perjalanan ibadah haji juga merupakan         perjalanan yang penuh kerinduan. Berjuta orang pernah melakukannya. Dan     besok lusa, berjuta orang lagi akan terus melakukannya. Menunaikan perintah   agama sekaligus mencoba memahami kehidupan lewat cara terbaiknya'

Saya tak akan membuka jawaban dari pertanyaan keempat dan kelima, itu PR besar yang mesti kalian ketahui dengan membaca bukunya. Buku yang sangat inspiratif ini sudah tiga kali mampu mengusik tangan saya membuka kembali. Menelusuri setiap untaian kalimatnya, yang banyak menyisipkan pesan moral dan mampu menggugah hati saya. Kadang mampu memecahkan tawa, ketika ada hal konyol terjadi di atas kapal. Atau mengoyak bendungan air mata karena beberapa kisah sedih bertaburan di sana.

Seperti biasa dalam setiap karyanya, selalu terselip kallimat yang menggelitik pembacanya. Kalimat yang mengundang tawa, menerbitkan haru atau menarik emosi pembaca.

Hal 286
"Berhenti berkhayal yang tidak-tidak, Anna." Elsa berbisik, sambil menyikut lengan adiknya.
Anna nyengir. Kak Entah ini kenapa selalu tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Elsa dan Anna, kakak beradik putri Daeng Andipati menjadi hiburan tersendiri bagi penghuni kapar Blitar Holland. Senang menggoda Ambo Uleng yang baik hati dan pendiam. 

Atau Ruben si Boatswain, teman sekamar Ambo Uleng yang berpembawaan ramah dan baik hati. Senang juga menggoda Ambo yang pendiam. 

Kapal pengangkut jemaah haji yang berangkat dari Makassar dan selalu berhenti di setiap pelabuhan sepanjang rute untuk menjemput calon penumpang. Dari Makassar, menuju Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Begkulu, Padang, dan Banda Aceh. Sebelum singgah di Colombo dan berlayar menuju daratan tujuan di Jeddah. 

Apa saja masalah yang menghadang selain masa lalu yang kelam? Atau kehilangan orang yang sangat dicintai? Semua dikisahkan dalam penuturan yang logis. Memiliki alur campur, menuturkan kembali masa silam namun tetap bisa diikuti dengan mudah oleh pembaca. 

Yuk deh dibaca novel ciamik ini.

20 komentar:

  1. saya pikir Tere Liye itu cewek lho mbak... *keinget penyanyi Tere.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh, di FB kan ada fanspage beliau, mbak, masih muda di bawah saya lah pokoknya. Tapi pinter banget mengolah kata dan bikin pembacanya tergugah dan terinspirasi :)

      Hapus
  2. Aku baru selesai baca yang judulnya PULANG, keren banget, Mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pulang justru baru aja terbit bulan oktober ini ya, aku baru baca dapat separo. Ntar ditulis reviewnya di sini juga. Ah iya, ada lomba resensi PULANG loh mbak.

      Hapus
  3. Komplit banget ulasannya. Saya juga punya buku ini. Tinggal berburu pulang dan hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Ety segera beli yang PULANG, ada lomba resensi tuh

      Hapus
  4. Keren ulasannya. Kak tere memang bikin baper ya bu

    BalasHapus
  5. Keren ulasannya. Kak tere memang bikin baper ya bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dan nggak bisa move on, pengen baca semua buku bang Tere :)

      Hapus
  6. Saya baru mendekap bukunya beberapa hari ini... mumpung libur pengen cepat cepat menghatamkannya....
    Jd semakin penasaran ktika baca reviewnya bunda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo udah baca, pasti enggan melepasnya, karena banyak kalimat bijak di dalam buku ini :)

      Hapus
  7. hhmmm ini keren , yang paling baru dari ter liye juga keren, judulnya pulang, penuh action loh

    BalasHapus
  8. dirumah aku ada nih buku nya, pinjem sih tapi belum sempet di baca, cuma baru baca awalnya aja menarik....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hloh pinjem kok gak segera dibaca. Ayo cepetan, ntar dipulangin lagi yaa :)

      Hapus
  9. haduu ngefans banget ama quote2nya Tere Liye, gak pernah absen dari Fanpage FBnya juga

    BalasHapus
  10. Quote tere liye bagus2 dan bener kirain cewek eh ternyata cowok baru tahu setelah baca tulisan mbak wati ini xixi

    BalasHapus
  11. komplet mbaaa resensinya makin keren aja nulismu mba

    BalasHapus
  12. aku punya buku ini, tapi belum selesai bacanya, hehe

    BalasHapus